UGM yang terletak di kaki gunung Merapi, menjadikan wilayah UGM dan sekitarnya memiliki udara yang tidak terlalu panas dan juga tidak terlalu dingin. Kecuali ada faktor lain yang membuat udara di sekitar jogja bisa terpacu menjadi dingin atau panas sekali. Misalnya saja, ketika musim panas udara di Jalan Kaliurang menjadi sangat panas. Terik sih tapi, alhamdulillah, terbantu dengan angin sejuk khas kaki gunung. Tapi kalau sudah musim hujan dan baru saja hujan,,wuiiihh...dinginnya maknyus. Selimut wajib digelar kalau sudah begini. Nah...dengan kondisi demikian, orangtuaku berinisiatif sejak kepindahan pertama di Jogja untuk membekali kamarku dengan kipas angin. Secara untuk AC masih merupakan barang mewah untuk skala anak kost dan memang tidak disediakan sama ibu kost..hehe. Kipas angin itu tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Kalau istilahnya Kang Ubuy pencipta lagu Keong Racun yang sedang heboh: Yang sedang-sedang saja....
Kipas anginku edisi black and beauty ala Maspion, padahal yo warnanya cuma hitam dan merah. Apa merah dan hitam kalau digabung benar elegan ya? Pantas ibuku suka memadukan warna hitam dan merah di gaunnya. Memang cantik jadinya..
Kipas angin hebatku ini sudah beroperasi selama 5 tahun lebih tanpa keluhan yang berarti. Hampir 24 jam menyala jika aku tidak keluar-keluar kamar,,walaupun udara sepanas apapun dan sedingin apapun. Lho?? Kadang-kadang aku juga berpikir sih, kenapa aku sangat suka menyalakan kipas angin?
Baca yang lengkap yaa,,,